Arsitektur UIN Malang Borong 4 Juara di Archevent UNS 2024

Arsitektur UIN Malang Borong 4 Juara di Archevent UNS 2024

Ajang tahunan Archevent UNS tahun 2024 yang diselenggarakan pada 15 November 2024 ini mengangkat tema Arsitektur untuk Disabilitas melalui Penerapan Multi-sensory Architecture. Arsitektur bukan hanya berkompromi dengan estetika dan bentuk tetapi juga dengan manusia, emosi, lingkungan, ruang, dan hubungan di antaranya. Dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, bangunan seharusnya memberikan pengalaman multi-sensory. Hal ini dapat diidentifikasi dengan melihat, mendengar, mencium atau menyentuh sehingga arsitektur multi-sensory penting untuk membuat bangunan dapat dimengerti oleh seluruh indera manusia. Desain multi-sensory memahami perbedaan antara yang dangkal dan yang dalam; atau memberikan pengalaman yang membimbing orang biasa maupun berkebutuhan khusus. Desain multi-sensory memberikan persepsi namun tidak memberikan persepsi yang berlebihan sehingga membuat pengguna menangkap informasi dengan lebih cepat serta terarah.

Dengan kriteria desain, Sebuah fasilitas umum yang dirancang untuk dapat digunakan oleh seluruh masyarakat sudah seharusnya mudah untuk dijangkau. Dengan begitu, seluruh kalangan masyarakat dapat menggunakan fasilitas umum tersebut. Di samping itu, sebagai karya arsitektur, hal tersebut tidak hanya dinikmati secara visual, akan tetapi dapat dirasakan oleh beberapa panca indra manusia. Maka dari itu Archevent 2024: Serasa, mengangkat konsep Arsitektur Inklusif untuk merancang fasilitas umum yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, serta tema Arsitektur Multisensori sebagai metode perancangan arsitektur yang dapat dirasakan oleh berbagai panca indra manusia, yang dirangkum ke dalam lima kriteria yakni: Aksesibilitas, Keterjangkauan, Peruangan, Akomodasi, dan Inovasi.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Arsitektur UIN Malang melalui Mata kuliah Desain Arsitektur Islami 6, menjadikan sayembara ini sebagai proyek mata kuliah. Oleh karena itu, Arsitektur UIN Malang mengirimkan lebih dari 30 kelompok untuk berpartisipasi dalam sayembara tersebut. Dengan izin Allah, alhamdulillah, 4 tim dari Arsitektur UIN Malang berhasil masuk dalam 5 besar dan memborong 4 juara, yaitu juara 2, juara 3, dan dua hororable mention.

  1. Juara 2 – SELAKERTEN

Anggota tim:

1.⁠ ⁠Muhammad Rafi Musaddad_210606110054

2.⁠ ⁠Rizqi Maulana_210606110006

3.⁠ ⁠Meygaretta Ave Lestari_210606110108

SELAKERTEN” adalah proyek arsitektur yang terinspirasi dari warisan sejarah Kerten, Surakarta. Mengambil nama dari Ngabehi Selakerten, dalam desain ini dikembangkan menjadi singkatan dari “Sedya Laku Asih, Eling Rukun Tentrem” yang berarti kasih sayang, kebersamaan, dan kedamaian. Konsep pasar inklusif ini dirancang untuk melayani semua kalangan, dengan fokus utama pada kenyamanan dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas melalui pendekatan multi-sensorik. Secara bentuk, desain pasar ini didasarkan pada dua elemen utama: situs dan lokalitas. Dari aspek situs, bangunan dibagi menjadi tiga massa utama yang dipisahkan oleh jalan lebar untuk memastikan aksesibilitas. Bangunan ini hanya terdiri dari dua lantai, dengan tangga di setiap sisi dan jalan penghubung di tengah, agar mudah diakses oleh penyandang disabilitas. Penggunaan void di antara massa bangunan memungkinkan sinar matahari masuk, menciptakan pencahayaan alami yang maksimal tanpa perlu banyak lampu. Selain itu, pencahayaan pada atap di bagian luar bangunan menciptakan ventilasi alami, yang menambah kenyamanan pengguna. Fasad pasar mengadopsi arsitektur tradisional Laweyan dengan kisi-kisi untuk mengoptimalkan sirkulasi udara.

  1. Juara 3 – ANTARAKARTA

Anggota tim:

1.⁠ ⁠Roikhan Amin Fauzi_210606110041

2.⁠ ⁠Naila Muna Najwa_210606110119

3.⁠ ⁠Anisya Noor Sulistyana_210606110123

Sesuai dengan dukungan program pemerintah kota Solo yang Aksesibel, pasar “Antarakarta” hadir untuk menjawab masalah tersebut dengan mengusung konsep inklusif melalui filosofi “antara” yang memiliki makna insan tidak menjangkau dan “karta” yang bermakna kota, terinspirasi dari letak kota Surakarta yang berada di antara Gunung Merbabu, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Penerapan mencakup multisensori meliputi blok pemandu dan ramp melingkar sesuai standar serta perbedaan tekstur lantai untuk memudahkan navigasi penyandang disabilitas. Warna-warna kontras digunakan untuk memudahkan pengunjung mengenali zona, seperti merah untuk daging, hijau untuk sayuran, dan biru untuk bahan pokok. Mengadopsi gaya industrial yang diterapkan pada struktur dan material yang dimana karakteristik desainnya cenderung fungsional, sederhana, dan semi terbuka, sehingga dapat mendukung aksesibilitas.

  1. Honorable Mention – MANGUNLIMO

Anggota tim:

1.⁠ ⁠Alyaa Daniswara_210606110061

2.⁠ ⁠Dini Yenitasari_210606110017

3.⁠ ⁠Leonita Marza Rizadhie_210606110097

MANGUNLIMO, berasal dari kata Jawa “mangun” (membangun/menyokong) dan “limo” (lima), yang merepresentasikan lima indra manusia sebagai aspek multisensori utama. Menciptakan pengalaman yang bermanfaat bagi semua pengguna, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus yang mungkin memiliki kekurangan di satu indera tetapi mengembangkan kelebihan di indra lainnya. Mangunlimo diharapkan menjadi pasar inklusif yang memaksimalkan kelima Indra untuk semua pengguna, baik difabel maupun tidak. Dengan memanfaatkan elemen visual, auditori, olfaktori, taktil, dan gustatori secara seimbang, lingkungan ini akan menyediakan pengalaman multisensori yang beragam dan ramah. memastikan setiap individu dapat menikmati dan berinteraksi secara optimal di dalamnya.

  1. Honourable Mention SDC169 – SAMYA ROSO

Anggota tim:

1.⁠ ⁠Maulida Inayatu Bil Izzati_210606110021

2.⁠ ⁠Fitra Chairina_210606110003

3.⁠ ⁠Salsabina Diva Fitria_210606110051

SAMYA ROSO” dalam bahasa Jawa dapat diartikan SAMYA berarti “setara” atau “sama” dan ROSO berarti “perasaan” atau “nuansa” Secara keseluruhan, “SAMYA ROSO” dapat diartikan sebagai “Perasaan Setara” atau “Nuansa yang Sama”. Nama ini menggambarkan konsep kesetaraan dan rasa yang merata atau diterima secara universal, mencerminkan semangat inklusivitas dan kesamaan. Dengan desain ramp yang di ekspose mengelilingi fasad, pasar ini bukan sekadar tempat bertransaksi, melainkan simbol keterbukaan dan inklusivitas. Setiap sudutnya dirancang untuk menciptakan “kesetaraan akses”, di mana setiap orang—tanpa melihat kondisi fisik—bisa merasakan bahwa “nuansa kebersamaan”. “desain bukan hanya tentang bentuk, tapi tentang makna dan rasa yang merata untuk semua”

Kemenangan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa Arsitektur UIN Malang lainnya untuk terus berkarya dan berinovasi. Untuk menyebarkan semangat berkompetisi, kami mengundang para pemenang dalam acara bedah karya sayembara yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Mari, bergabung! Tunggu tanggal mainnya!