International Guest Lecture

International Guest Lecture

International Guest Lecture

Pada tanggal  30 September 2024 Prodi Teknik Arsitektur mengadakan kuliah tamu yang digelar di Auditorium Utara Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam kuliah tamu ini diisi oleh narasumber Asst. Prof. Sunaree Lawanyawatna dari King Mongkut’s University of Technology Thonburi, Thailand, Profil singkat dari Mrs. Asst. Prof. Sunaree Lawanyawatna adalah asisten profesor di Sekolah Arsitektur dan Desain di Universitas Teknologi King Mongkut Thonburi Thailand, mengajar kursus desain arsitektur dan melakukan penelitian di “Laboratorium Desain Kemanusiaan”. Pada Kuliah tamu yang akan di bawakan bertemakan The Social Grey Space atau ‘Ruang Abu-Abu Sosial’. Dalam acara ini kami belajar bagaimana negara dan para arsitek Thailand pengaplikasian ruang abu- abu sosial

Dalam penyampaian materinya,beliau juga berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang arsitektur, khususnya mengenai pentingnya ruang-ruang peralihan dalam kehidupan masyarakat. Beliau memaparkan pentingnya ruang peralihan dalam membentuk interaksi sosial yang lebih kaya dan bermakna. Dalam acara ini kami belajar bagaimana negara dan para arsitek Thailand mengaplikasikan ruang abu- abu sosial ,berbagi pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang arsitektur, khususnya mengenai pentingnya ruang-ruang peralihan dalam kehidupan masyarakat

“Grey Space Inspiration” ini memberikan tiga poin utama yang berkaitan dengan arsitektur, khususnya dalam konteks ruang terbuka atau semi-outdoor.

Tentu dalam kajian nya terbagi menjadi tiga poin utama,

Point Pertama “Define good architecture within tropical context” Point pertama mendefinisikan bagaimana arsitektur yang baik dalam konteks iklim tropis? Poin ini mengajak kita untuk memahami karakteristik khusus yang membuat sebuah bangunan dianggap baik atau berkualitas tinggi di daerah tropis. Faktor-faktor seperti sirkulasi udara, pencahayaan alami, penggunaan material lokal, dan adaptasi terhadap iklim panas dan lembap menjadi pertimbangan penting.

Kemudian yang kedua “Identify quality of semi-outdoor spaces” Bagaimana kualitas dari ruang-ruang semi-outdoor? Ruang semi-outdoor adalah ruang yang berada di antara ruang dalam dan luar, seperti teras, balkon, atau taman dalam. Poin ini mengajak kita untuk memahami apa yang membuat sebuah ruang semi-outdoor menjadi nyaman, fungsional, dan estetis. Faktor-faktor seperti ukuran, pencahayaan, privasi, dan lanskap sekitarnya menjadi pertimbangan penting.

Point terakhir “Define contemporary Thai architecture” Bagaimana arsitektur kontemporer Thailand? Poin ini mengajak kita untuk memahami karakteristik khas dari arsitektur modern di Thailand. Arsitektur kontemporer Thailand sering kali menggabungkan elemen tradisional dengan inovasi modern, sehingga menghasilkan desain yang unik dan sesuai dengan konteks budaya setempat.

Ruang abu-abu tengah memainkan peran yang semakin vital dalam arsitektur kontemporer Thailand. Hasil kajian menunjukkan bahwa proporsi ruang abu-abu dalam bangunan modern di negara ini mencapai angka yang signifikan, berkisar antara 30% hingga 47%. Ruang-ruang ini, yang seringkali berada di antara ruang publik dan privat, terbukti tidak hanya meningkatkan nilai estetika bangunan, namun juga berkontribusi pada kehidupan sosial masyarakat. Ruang-ruang ini menjadi tempat interaksi, relaksasi, dan bahkan aktivitas bersama. Selain itu, kehadiran ruang hijau dalam ruang abu-abu semakin memperkaya fungsinya. Studi kasus menunjukkan bahwa peningkatan ruang hijau sebesar 0,4% hingga 5,4% dapat memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap kualitas hidup penghuni bangunan.

Arsitek Thailand semakin menyadari pentingnya ruang abu-abu dalam menciptakan lingkungan binaan yang lebih manusiawi. Ruang-ruang peralihan ini, yang seringkali diabaikan, ternyata memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup penghuni. Data menunjukkan bahwa rata-rata 30% hingga 47% dari total luas bangunan modern di Thailand dialokasikan untuk ruang abu-abu. Lebih menarik lagi, kehadiran ruang hijau dalam ruang abu-abu terbukti memberikan dampak yang sangat signifikan. Studi kasus menunjukkan bahwa peningkatan ruang hijau sebesar 0,4% hingga 5,4% dapat meningkatkan kualitas udara, mengurangi suhu, dan bahkan meningkatkan kesehatan mental penghuni.

Dibandingkan dengan arsitektur kontemporer di negara lain, arsitektur Thailand menunjukkan kecenderungan yang menarik dalam pemanfaatan ruang abu-abu. Dengan proporsi yang mencapai 30% hingga 47% dari total luas bangunan, arsitek Thailand telah berhasil menciptakan ruang-ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga estetis dan ramah lingkungan. Keberadaan ruang hijau dalam ruang abu-abu semakin memperkuat posisi arsitektur Thailand sebagai salah satu yang terdepan dalam mengadopsi konsep bangunan berkelanjutan.

Ruang abu-abu telah membuktikan dirinya sebagai elemen penting dalam arsitektur kontemporer. Dengan memperhatikan aspek-aspek seperti proporsi, fungsi, dan integrasi ruang hijau, ruang abu-abu dapat berkontribusi pada terciptanya lingkungan binaan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. Dengan hal ini diharapkan kedepannya para Dosen dan Mahasiswa dapat mendesain ruang peralihan dalam membentuk interaksi sosial yang lebih kaya dan bermakna dengan menghadirkan ruang hijau dalam ruang abu abu . Salam Arsitektur!